GEOGRAFI REGIONAL DUNIA (BRUNEI DARUSSALAM) MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Negara
Brunei Darussalam (Negara Brunei yang penuh kedamaian) berIbukota Bandar Seri
Begawan dengan Luas 5.765 km2, sistem pemerintahannya Kesultanan
Konstitusional, Kepala Pemerintahannya sultan, Bahasa yang digunakan Melayu dan
Inggris sebagai bahasa resmi, mata uang Dollar Brunei (B$). Dengan kegiatan
perekonomian ekspor utama minyak mentah, gas alam, refined products. Iklim
tropis yang lembab sepanjang tahun. uhu rata-rata adalah 28°C (82°F).
Pendapatan perkapitanya U$42.200 (pebruari 2011), komoditas utamanya Industri
utama perminyakan, pengilangan minyak, gas alam cair, konstruksi. Lowongan kerja
di Brunei yaitu
sektor jasa, perminyakan dan
gas, konstruksi, industri, perawat,
perkebunan, ABK, PLRT
(domestic worker) dan supir.
Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, kompetensi yang diperlukan adalah
tenaga ahli bidang
perminyakan, tenaga ahli
bidang konstruksi, tenaga ahli bidang jasa dan tenaga non ahli (buruh),
tenaga operator, teknisi dan analis, arsitek dan buruh. Sedangkan bidang jasa
yaitu asisten manajer, sekertaris, chef, staf, dan waiters house keeper.
Brunei Darussalam lokasi berada di Asia
Tenggara, berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Malaysia. Memiliki koordinat 4.30 U 114 40 T. Memiliki
luas wilayah dengan total 5,770 km², darat 5,270 km², luas wilayah air 500 km², dan luas wilayah darat 381 km. Negara Brunei Darussalam
berbatasan dengan Malaysia 381 km, memiliki garis pantai 161 km dan wilayah laut 12 nm dan zona
ekonomi eksklusif 200 nm atau sampai garis tengah. Brunei Darussalam
memiliki iklim Tropis; panas, lembab, hujan. Bentuk dataran rata dekat pantai meninggi ke pegunungan di timur,
daratan rendah berbukit di barat tinggi
ekstrim di atas garis laut, titik terendah Laut
Cina Selatan 0 m, titik tertinggi Bukit
Pagon 1,850 m.
Sebelum mengalami penjajahan, Brunei
merupakan sebuah kerajaan yang sangat besar. Wilayahnya mencakup bagian utara
Kalimantan hingga Filipina bagian selatan. Brunei tumbuh sebagai kerajaan yang
sangat kuat dan mengalami kejayaan pada abad keempat belas hingga abad keenam
belas. Sayangnya, puncak kejayaan tersebut tidak dapat berlangsung lama karena
adanya pengaruh kebudayaan dari bangsa Eropa. Pengaruh budaya tersebut secara
tidak langsung telah mengikis rasa kebangsaan di dalam diri masyarakat Brunei
saat itu, akibatnya banyak terjadi perpecahan di tingkat regional.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh para
penjajah untuk menyerang Brunei dan menjadikannya sebagai daerah koloni.
Awalnya, Brunei memang cukup tangguh dalam menghadapi para penjajah tersebut.
Serangan Spanyol ke kawasan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan Brunei,
namun kondisi internal Brunei yang semakin carut marut membuatnya menjadi
rapuh. Banyaknya perselisihan antar para bangsawan, perebutan kekuasaan hingga
pembagian wilayah untuk para pangeran membuat kerajaan tersebut mudah untuk
dipecah belah.
Kondisi tersebut diperparah dengan
hilangnya sebagian kekuasaan Brunei yang diakibatkan oleh pengkhianatan Rajah
Putih dari Sarawak. Brunei menjadi semakin mengecil dan memisah menjadi dua
bagian. Kekuasaannyapun tidak lagi berlangsung lama, Brunei akhirnya takluk
ditangan Inggris. Wilayah yang tadinya seluas Kalimantan Utara dan Filipina
Selatan, kini menjadi kecil mungil sebagaimana yang ada saat ini.
Brunei memiliki empat kota penting yaitu
Belait, Brunei/Muara, Temburong dan Tutong. Kota Brunei/Muara terkenal sebagai
kota pelabuhan memiliki luas 570 Km2. Belait memiliki luas 2727 Km2. Di wilayah
Belait terdapat tambang minyak dan gas serta terdapat Kampung Panaga yaitu
kampung halaman sejumlah ekspatriot. Tutong memiliki luas 1166 Km2. Temburong
memiliki luas 1306 Km2.
Brunei darussalam adalah
salah satu negara
produsen minyak bumi
dan gas di Asia Tenggara. Jumlah
penduduk Brunei Darussalam diperkirakan sebanyak 422.700 jiwa per tahun 2011 (Brunei Darussalam Department of
Economic Planning and
Development). Komoditi ekskpor utama Brunei Darussalam adalah minyak mentah,
produk-produk perminyakan dan gas alam cair dengan negara tujuan ekspor
utama, yaitu Jepang, indonesia, Korea selatan, singapura, malaysia dan australia.
Sebagai
Negara kecil dengan
jumlah penduduk hanya
400 ribuan jiwa,
Brunei Darussalam memiliki jumlah
angkatan kerja ynag
cukup kecil dibandingkan
dengan negara-negara tetangga
di kawasan asia tenggara.
Data dari Kemenakertrans RI,
menunjukan bahwa jumlah angktan
kerja Brunei Darussalam mengalami
stagnansi. Tetapi mulai 2005 terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sehingga
2010 jumlah angkatan
kerja meningkat 38.6
persen sejak tahun
2004. Dengan jumlah
angkatan kerja 198.800 Brunei
menduduki peringkat 168
dalam urutan jumlah
angkatan kerja di
Dunia. Menurt jenis kelamin angkatan kerja terserap pada
tahun 2012 terdiri dari 41,96 persen perempuan dan 58.4 persen laki-laki. Menurut
ILO, total Brunei
Darussalam angka partisipasi
kerja 66.3 persen
dibanding dengan seluruh
penduduk berumur 15 tahun keatas. Angka partisispasi perempuan
mencapai 55,7 persen dan masih dibilang rendah dibandingkan laki-laki 76.8
persen.
Para penguasa kerajaan dihadapkan pada
apa yang telah digambarkan oleh Huntington dan pakar yang lain sebagai “dilema
raja”, modernisasi mengurangi kekuasaan dan otoritas raja, dan mengharuskan
para penguasa kerajaan untuk berbagi
kekuasaan dengan beragam kelompok sosial baru, seperti kelas menengah
urban, yang tumbuh dengan pesat. Berdasarkan teori modernisasi, kelas menengah
mendorong terjadinya perubahan dan partisipasi politik yang lebih besar, dan
ini menjadi penyebab kejatuhan kerajaan. Tetapi, kerajaan-kerajaan yang sangat bergantung pada minyak seperti
kerajaan di Timur Tengah dan Brunei telah berhasil menghambat kemungkinan ini
dan justru berkembang dan tumbuh sebagai negara neo-tradisional yang
konservatif, patrialistik dan sangat otoriter. kesultanan Brunei telah berhasil
mensentralisasikan kekuatan di kantor sultan, telah berhasil memanfaatkan
landasan tradisional dan religius untuk melegitimasi kesultanan dan telah
berhasil menunjukkan bahwa kesultanan adalah sebuah pemerintahan yang stabil.
Kesultanan Brunei telah berhasil menghindari tuntutan reformasi politik dengan
cara penggunaan efektif hasil keuntungan hidrokarbon melalui pengadaan program
kesejahteraan yang berlimpah dan ekstensif. Sebagai sebuah institusi politik
neo-tradisional, kesultanan Brunei telah menunjukkan kemampuannya untuk
beradaptsi dan berkembang di dalam lingkungan global yang dinamis.
Secara historis gagasan inisiatif Heart of Borneo (HoB) secara
resmi diwacanakan dalam pertemuan para pihak antara Pemerintah Negara
Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam yang mengusung tema Three
Countries – One Conservation Vision, di Brunei Darussalam pada tanggal 5
April 2005. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati, sebuah usulan agar
ketiga Negara melakukan launching Inisiatif Heart of Borneo (HoB) pada
pertemuan COP 8-CBD pada bulan Maret 2006 di Brazil. Pertemuan Three
Countries One Conservation Vision di Brunei Darussalam tersebut kemudian,
ditindaklanjuti oleh pertemuan-pertemuan berikutnya. Dalam setiap kali
pertemuan yang diselenggarakan fokus agenda adalah mendorong kesepakatan di
tingkat tiga Negara untuk segera mendeklarasikan Inisiatif Heart of Borneo (HoB)
tersebut menjadi sebuah program.
Brunei
dengan alasan sejarah yang merujuk penguasaan Inggris terhadap pulau-pulau di
kepulauan Spratly yang menjadi bagian Kesultanan Brunei sejak awal abad ke-18.
Tumpang tindih klaim kedaulatan ini ditambah pula dengan perebutan sumber daya
alam yang sangat besar yang menurut perkiraan menyimpan cadangan minyak dan gas
terbesar ke empat di dunia. Geostrategis Laut Cina Selatan sebagai salah satu
jalur perdagangan tersibuk di dunia tentunya menambah gairah penguasaan, karena
dengan mengontrol kawasan ini akan membawa dampak ekonomi, politik bagi negara
yang menguasainya sesuai dengan pernyataan Admiral Sir Walter Releigh : “Whose
ever command the sea, command the trade whose ever command the trade of the
world commands the world and consequently the world it self” (Sir Walter
Raleigh, abad ke 17 tentang teori kekuatan laut).
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Profil
negara Brunei Darussalam (keadaan geografi dan sejarah) ?
2.
Bentuk
pemerintahan negara Brunei Darussalam ?
3.
Potensi
Sumber Daya Alam negara Brunei Darussalam ?
4.
Angka
ketenagakerjaan negara Brunei Darrussalam ?
5.
Kesulatan
Absolut dan Negara Modern ?
6.
Kerjasama trilateral Indonesia, Malaysia, dan Brunei
Darussalam dalam menangani masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan
Kalimantan Timur ?
7.
Konflik negara Brunei Darussalam
?
C.
TUJUAN
Laporan
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geografi Regional Dunia. Dimana laporan ini membahas tentang Negara
Berkembang yaitu Negara Brunei Darussalam.
BAB II
DASAR TEORI
A.
PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG
Negara berkembang adalah istilah
yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan
material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap negara berkembang
yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di
dalam negara berkembang tersebut. Sejumlah negara berkembang memiliki standar
hidup rata-rata yang tinggi. Negara yang memiliki ekonomi yang lebih
maju daripada negara berkembang lainnya, namun tidak sepenuhnya menampakkan
tanda-tanda negara maju dikelompokkan
dalam istilah negara industri baru.
Sedangkan yang digolongkan negara berkembang terdapat di Benua Asia, Afrika, dan Amerika Selatan (Latin).
Di kawasan Asia terdapat beberapa negara maju
seperti jepang, Australia, Korea Selatan dan
Selandia.
B.
CIRI-CIRI NEGARA
BERKEMBANG
1.
Pertanian termasuk peternakan dan
perikanan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga.
2.
Pada umumnya aktivitas masyarakat
menggunakan sarana dan prasarana tradisional.
3.
Pendapatan relatif rendah.
4.
Pendidikan penduduknya rata-rata
rendah.
5.
Sifat penduduk kurang mandiri.
6.
Sangat tergantung pada alam.
7.
Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi.
8.
Angka harapan hidup rendah.
9.
Intensitas rendah.
C.
PENGERTIAN
NEGARA MAJU
Negara Maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara
dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara
berkembang. Namun beberapa negara telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi
sumber daya alam
(seperti Nauru melalui pengambilan fosfor dan Brunei Darussalam melalui pengambilan minyak bumi) tanpa mengembangkan industri yang beragam, dan ekonomi
berdasarkan-jasa tidak dianggap memiliki status 'negara maju.
Pengamat dan
teoritis melihat alasan yang berbeda mengapa beberapa negara (dan lainnya
tidak) menikmati perkembangan ekonomi yang tinggi.
Banyak alasan menyatakan perkembangan
ekonomi membutuhkan kombinasi perwakilan pemerintah (atau demokrasi), sebuah model ekonomi pasar
bebas, dan sedikitnya atau ketiadaan korupsi. Beberapa memandang negara kaya
menjadi kaya karena eksploitasi dari
negara miskin pada masa lalu, melalui imperialisme dan kolonialisme, atau pada masa sekarang,
melalui proses globalisasi.
Negara yang digolongkan
sebagai Negara naju terdapat di benua ropa terutama kawasan Eropa Barat serta
Amerika (Utara) Misalnya Belanda, Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan
lain-lain.
D.
CIRI-CIRI NEGARA MAJU
1.
Pertanian termasuk peternakan dan
perikanan untuk industrialisasi, dijual, diekspor.
2.
Aktivitas perekonomian menggunakan
sarana dan prasarana modern.
3.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menunjang industrialisasi secara cepat.
4.
Sifat kemandirian masayarakat tinggi.
5.
Pendapatan rata-rata penduduk tinggi.
6.
Intensitas mobilitas tinggi.
7.
Angka harapan hidup tinggi.
8.
Pendidikan dan keterampilan penduduk
cukup tinggi.
9.
Tidak tergantung pada alam.
E.
INDIKATOR SUATU NEGARA DAPAT
DIKATAKAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG
Tolak ukur atau indikator dalam
penggolongan negara sebagai negara maju atau negara berkembang sebagai berikut:
1.
Pendapatan
Perkapita
Pendapatan perkapita adalah pengukur
tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara, dapat di katakan makmur jika
memiliki pendapatan perkapita yang tinggi.
2.
Jumlah
Penduduk Miskin
Tingkat kesejahteraan rakyat suatu
negara dapat dilihat dari angka kemiskinan suatu negara dikatakan makmur/
sejahtera apabila rakyatnya yang hidup miskin bejumlah sedikit saja.
3.
Tingkat
Pengangguran
Inilah faktor yang sangat membedakan
antara negara maju dan berkembang, jika ingin di katakan negara maju negara
tersebut umumnya tingkat pengangguran rendah, sebaliknya negara berkembang
memiliki tingkat pengangguran yang tinggi.
4.
Angka
Kematian Bayi dan Ibu Melahirkan
Di negara maju umumnya angka kematian
pada bayi rendah akan tetapi di negara berkembang berbandin terbalik.
5.
Angka
Melek
Huruf artinya buta huruf, dapat
dikatakan negara maju apabila angka melek huruf rendah.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PROFIL NEGARA BRUNEI DARUSSALAM
Negara
Brunei Darussalam (Negara Brunei yang penuh kedamaian) berIbukota Bandar Seri
Begawan dengan Luas 5.765 km2, sistem pemerintahannya Kesultanan Konstitusional,
Kepala Pemerintahannya sultan, Bahasa yang digunakan Melayu dan Inggris sebagai
bahasa resmi, mata uang Dollar Brunei (B$). Dengan kegiatan perekonomian ekspor
utama minyak mentah, gas alam, refined products. Iklim tropis yang lembab
sepanjang tahun. uhu rata-rata adalah 28°C (82°F). Pendapatan perkapitanya U$42.200
(pebruari 2011), komoditas utamanya Industri utama perminyakan, pengilangan
minyak, gas alam cair, konstruksi. Lowongan
kerja di Brunei
yaitu sektor jasa, perminyakan
dan gas, konstruksi, industri,
perawat, perkebunan, ABK,
PLRT (domestic worker) dan
supir. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, kompetensi
yang diperlukan adalah tenaga
ahli bidang perminyakan,
tenaga ahli bidang konstruksi, tenaga ahli bidang jasa
dan tenaga non ahli (buruh), tenaga operator, teknisi dan analis, arsitek dan
buruh. Sedangkan bidang jasa yaitu asisten manajer, sekertaris, chef, staf, dan
waiters house keeper.
Sebelum mengalami penjajahan, Brunei
merupakan sebuah kerajaan yang sangat besar. Wilayahnya mencakup bagian utara
Kalimantan hingga Filipina bagian selatan. Brunei tumbuh sebagai kerajaan yang
sangat kuat dan mengalami kejayaan pada abad keempat belas hingga abad keenam
belas. Sayangnya, puncak kejayaan tersebut tidak dapat berlangsung lama karena
adanya pengaruh kebudayaan dari bangsa Eropa. Pengaruh budaya tersebut secara
tidak langsung telah mengikis rasa kebangsaan di dalam diri masyarakat Brunei
saat itu, akibatnya banyak terjadi perpecahan di tingkat regional.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh para
penjajah untuk menyerang Brunei dan menjadikannya sebagai daerah koloni.
Awalnya, Brunei memang cukup tangguh dalam menghadapi para penjajah tersebut.
Serangan Spanyol ke kawasan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan Brunei,
namun kondisi internal Brunei yang semakin carut marut membuatnya menjadi
rapuh. Banyaknya perselisihan antar para bangsawan, perebutan kekuasaan hingga
pembagian wilayah untuk para pangeran membuat kerajaan tersebut mudah untuk
dipecah belah.
Kondisi tersebut diperparah dengan
hilangnya sebagian kekuasaan Brunei yang diakibatkan oleh pengkhianatan Rajah
Putih dari Sarawak. Brunei menjadi semakin mengecil dan memisah menjadi dua
bagian. Kekuasaannyapun tidak lagi berlangsung lama, Brunei akhirnya takluk
ditangan Inggris. Wilayah yang tadinya seluas Kalimantan Utara dan Filipina
Selatan, kini menjadi kecil mungil sebagaimana yang ada saat ini.
B.
BENTUK
PEMERINTAHAN NEGARA BRUNEI DARUSSALAM
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara
yang memiliki corak pemerintahan monarki absolut dengan Sultan yang menjabat
sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana
Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan
dan beberapa Menteri. Dalam monarki absolut, kekuasaan pemimpin tidak terbatas.
Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak
abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati
oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara
berkesan merupakan pemerintah tertinggi.
Brunei juga merupakan negara kesatuan,
dimana pemerintah pusat adalah yang tertinggi. Selain itu Brunei menganut
Kesultanan Konstitusional, yang artinya kekuasaan kesultanan dibatasi oleh
Undang-Undang atau konstitusi. Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun
pada bulan September 2000 sultan bersidang untuk menentukan parlemen yang tidak
pernah diadakan sejak 1984, namun parlemen ini hanya bertugas menasehati sultan
saja, karena pemerintahan mutlak berada pada sultan (unikameral).
Brunei Darussalam merupakan negara
kerajaan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Berdasarkan data
statistik, penduduk Brunei Darusalam hanya berjumlah 370 ribu orang. Sekitar 67
persen dari total populasinya beragama Islam, Buddha 13 persen, Kristen 10
persen, dan kepercayaan lainnya sekitar 10 persen.
Di lihat dari sejarahnya, Brunei adalah
salah satu kerajaan tertua di Asia Tenggara. Sebelum abad ke-16, Brunei
memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah Kalimantan dan
Filipina. Sesudah merdeka di tahun1984, Brunei kembali menunjukkan usaha serius
dalam upaya penyebaran syiar Islam, termasuk dalam suasana politik yang masih
baru.
Agama Islam di Brunei Darussalam
diperkirakan mulai diperkenalkan sekitar tahun 977 melalui jalur timur Asia
Tenggara oleh para pedagang dari negeri Cina. Sekitar 500 tahun kemudian, agama
Islam barulah menjadi agama resmi negara di Brunei Darussalam semenjak
pemerintahannya dipimpin oleh Raja Awang Alak Betatar. Raja Awang Alak Betatar
masuk Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah sekitar tahun 1406 M.
Islam mulai berkembang dengan pesat di
Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunei pada
tahun 1425. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan cucu
Rasulullah SAW, Hasan, sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah atau
prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, ibu kota Brunei
Darussalam.
Selanjutnya, agama Islam di Brunei
Darussalam terus berkembang pesat. Sejak Malaka yang dikenal sebagai pusat
penyebaran dan kebudayaan Islam jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, banyak
ahli agama Islam yang pindah ke Brunei. Masuknya para ahli agama membuat
perkembangan Islam semakin cepat menyebar ke masyarakat.
Kemajuan dan perkembangan Islam semakin
nyata pada masa pemerintahan sultan
(sultan ke-5) yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh Pulau
Kalimantan, Kepulauan Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan,
Matanani, dan utara Pulau Palawan sampai ke Manila.
Di masa Sultan Hassan (sultan ke-9),
masyarakat Muslim Brunei memiliki institusi-institusi pemerintahan agama. Agama
pada saat itu dianggap memiliki peran penting dalam memandu negara Brunei ke
arah kesejahteraan. Pada saat pemerintahan Sultan Hassan ini, undang-undang Islam,
yaitu Hukum Qanun yang terdiri atas 46 pasal dan 6 bagian, diperkuat sebagai
undang-undang dasar negara. Di samping itu, Sultan Hassan juga telah melakukan
usaha penyempurnaan pemerintahan, antara lain dengan membentuk Majelis Agama
Islam atas dasar Undang-Undang Agama dan Mahkamah Kadi tahun 1955. Majelis ini
bertugas memberikan dan menasihati sultan dalam masalah agama Islam.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari
Inggris datang ke Serawak dan menjadi rajadisana serta menyerang Brunei,
sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atasSerawak. Sebagai balasan, ia
dilantik menjadi gubernur dan kemudian “Rajah”Sarawak di Barat Laut Borneo
sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya.
Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau
Labuan dan sekitarnya diserahkan kepadaJames Brooke. Sedikit demi sedikit
wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggrismelalui perusahaan-perusahaan dagang dan
pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat
Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada tahun 1906, Brunei menjadi negara
dibawah protektorat Inggris. Kekuasaan eksekutif ditangan Residen Inggris yang
bertugas menasehati sultan dalam semua perkara kecuali berkaitan dengan adat
istiadat dan agama. Sultan dan Majlis Mesyuarat Negeri(selanjutnya disingkat MMN)
berada dibawahkekuasaanResiden. MMN terdiri dari sultan, dua orang Vizier (pembantu raja), dua
orang Cheteria (Ksatria), 3 orang menteri, Residen dan Asisten Residen.
Terjadi berbagai perkembangan dalam
berbagai aspek kehidupan pada masa Sistem Residen ini sampai tahun 1940. Dalam
bidang keamanan, dibentuk pasukan Polisi Brunei pada masa Sultan Muhammad
Jamalul Alam II. Dalam bidang pendidikan, didirikan Sekolah Melayu dan mulai
tahun 1930 Brunei mengirimkan 2-3 orang guru ke Maktab Perguruan Sultan Idris
(MPSI). Dalam bidang kesehatan, didirikan Rumah Sakit Bandar Brunei. Dalam
bidang transportasi, dibangun jalan raya dari Brunei ke Tutong pada tahun 1927.
Dalam bidang pertambangan, eksplorasi minyak di Seria.
Tahun 1941, kekuasaan atas Brunei
diambil alih oleh Jepang. Langkah pertama yang diambil pemerintahan Jepang
adalah eksploitasi minyak di Seria. Namun, eksploitasi ini hanya menguntungkan
pihak Jepang sedangkan rakyat Brunei banyak yang kelaparan. Untuk tetap
mendapatkan dukungan dari para pemuda Brunei, Jepang memberikan mereka
kesempatan untuk belajar di luar negeri. Para pemuda ditawari jabatan-jabatan
tinggi dalam pemerintahan jajahan.
Inggris kembali mengambil alih kekuasaan
di Brunei dengan menggunakan strategi “Lompatan Katak” 10 Juni1945. Brunei
berada dibawah kekuasaan politik Pesuruhjaya Agung (wakil kerajaan) Inggris di
Asia tenggara. Malcom McDonald. Terjadi perkembangan menarik pada masa ini
yaitu mulai tumbuhnya nasionalisme dikalangan rakyat Brunei. Sehingga, pernah
berdiriorganisasi politik yaitu BARIP (Barisan Pemuda) tahun 1946 yang secara
tegas menyuarakan kemerdekaan untuk Brunei. Tumbuhnya rasa nasionalisme
inidisebabkan oleh tiga faktor. Pertama:
dipicu oleh pengenalan mereka terhadap isu-isu sosial politik yang sedang
dihadapi bangsa Melayu yang mereka dapat di Maktab Perguruan Sultan Idris
(MPSI). Kedua: rasa
nasionalisme rakyat Brunei dipengaruhi siaran Radio Republik Indonesia yang
telah ada sejak Agustus 1945 dan siaran Radio Singapura. Beritaberita revolusi
yang disiarkan RRI membuka pemikiran tentang perpolitikan. Ketiga: pengaruh
dari bahan-bahan bacaan yang didapat dari Departemen Penerangan (Jabatan
Penerangan Negeri) Singapura (Semenanjung) dan Indonesia.
Pada tahun 1948, Brunei menjadi dibawah
kegubernuran Sarawak dan menerima pegawai-pegawai penting dari Sarawak. Hal ini
memberikan gambaran kepada rakyat Brunei bahwa mereka dijadikan tanah jajahan
yang diserahkan dari Jepang kepada Inggris layaknya Sabah dan Sarawak.
Menanggapi kabar bahwa Sarawak akan diserahkan kepada pihak lain, Sultan Ahmad
Tajuddin langsung mengusulkan kepada pemerintahan Inggris supaya Sarawak
diserahkan ke Brunei saja. Namun, Sultan Ahmad Tajuddin wafat dengan
meninggalkan cita-citanya menyatukan Brunei dengan Sarawak dan Sabah.
Kepemimpinan Sultan Ahmad Tajudin digantikan Sultan Omar Ali Saifuddin III.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo
Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun
1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan
mengekalkan kedaulatandalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap
diawasi Britania. Padatahun 1906, Brunei menerima suatu langkah perluasan
kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen
Britania, yang bertugasmenasehati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali
hal yang bersangkutan dengan adat istiadat setempat dan agama.
Dosen dari Universitas Brunei Darusalam,
Dr Haji Awang Asbol Bin Haji Mail, menuturkan, di Brunei pihak kerajaan
memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam. Peran ini, jelasnya,
terlihat dari langkah pemerintahan Kesultanan Brunei untuk mendirikan Pusat
Kajian Islam yang ditujukan untuk kepentingan penelitian agama Islam. Pusat
kajian yang didirikan pada 16 September 1985 ini bertugas melaksanakan program
dakwah serta pendidikan kepada pegawai-pegawai agama serta masyarakat luas dan
pusat pameran perkembangan dunia Islam.
Brunei terbagi menjadi 4 distrik, yaitu
: distrik Brunei Muara, distrik Tutong, distrik Belait, dan distrik Temburong.
Bandar Seri Begawan adalah Ibu Kota yang tertata rapi dengan penduduk hanya
sekitar 60,000 jiwa.Salah satu bangunan yang termegah di negara ini adalah
Mesjid Raya Omar Ali Saifuddin yang dibangun di atas sebuah laguna buatan
dengan interior berhias marmer Italia.
Brunei Darussalam menganut bentuk
pemerintahan Kerajaan Mutlak (Monarchy Absolut ) yang bersendikan kepada ajaran
Islam menurut golongan Ahli Sunnah Waljamaah dengan berdasarkan kepada
keadilan, amanah, dan kebebasan. Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri
terutama dengan negara-negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta
sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly
yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan
Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut
dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi.
Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang
terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah
dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui
sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
C.
POTENSI
SUMBER DAYA ALAM NEGARA BRUNEI DARUSSALAM
Brunei Darussalam adalah
salah satu negara
produsen minyak bumi
dan gas di asia tenggara. Jumlah
penduduk Brunei darussalam diperkirakan sebanyak 422.700 jiwa per tahun 2011 (Brunei Darussalam Department of
Economic Planning and
Development). Kedekatan lokasi geografisnya dengan indonesia diharapkan dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin
oleh pengusaha indonesia untuk
meningkatkan kerja sama
perdagangan kedua negara.
Perekonomian Brunei tergolong stabil
sebagaimana tercatat dalam
Global Competitiveness Report 2013-2014 oleh
The World Economic Forum(WEF) yang
menempatkan Brunei pada
peringkat ke-26 dari
148 negara (indonesia menempati peringkat ke-38). Komoditi
ekskpor utama Brunei darussalam adalah
minyak mentah, produk-produk
perminyakan dan gas alam cair
dengan negara tujuan ekspor utama,
yaitu Jepang, indonesia, Korea selatan, singapura, malaysia dan australia. dalam rangka
mengurangi ketergantungan terhadap
minyak dan gas,
sejak tahun 1990-an Pemerintah
Brunei darussalam telah
melaksanakan program diversifikasi
ekonomi melalui pengembangan
sektor industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata.
Kebijakan tersebut antara lain berupa
proyek pembangunan Sungai Liang Industrial Park, Pulau Muara Besar Transhipment Hub, pengembangan eco-tourism, pengembangan
pusat keuangan islam, Brunei Halal
Brand, pengembangan iklim
investasi yang konduktif
serta pengembangan sdm.
sesuai dengan visi
pembangunan (Wawasan Brunei
2035), secara bertahap Brunei akan mengurangi
ketergantungan penerimaan negara
dari sektor migas. melalui program
diversifikasi ekonomi, pada
tahun 2035 ekonomi
Brunei akan bertransformasi dari
negara yang menggantungkan pada ekspor
hasil migas (resource-related wealth) menuju negara dengan ekonomi berbasis ilmu
pengetahuan (knowledge-based economy).
sementara itu, Brunei
juga sedang berupaya
untuk menjadi pusat
perdagangan dan jasa
keuangan di kawasan.
Visi ekonomi jangka
panjang. Brunei juga mencakup
upaya untuk mempromosikan
industri-industri alternatif, seperti
teknologi, makanan halal dan manufaktur, selain peningkatan dukungan untuk
riset teknologi inovatif di bidang energi yang terbarukan.
Berdasarkan data
Jabatan Perancangan Kemajuan
Ekonomi (JPKE) bulan Januari 2013,
kontribusi sektor nonmigas pada kuartal terakhir tahun 2012
meningkat 3,7%. Penerimaan hasil ekspor migas
turun 4,1%, sementara
sektor nonmigas meningkat
8,5%. Naiknya penerimaan
sektor nonmigas tersebut disumbangkan oleh penerimaan sektor
pertanian, kehutanan dan
perikanan sebesar 4,8%, diikuti
oleh sektor konstruksi dan manufaktur masing-masing
sebesar 2,1% dan 2%. Peningkatan kontribusi
sektor nonmigas
mengindikasikan upaya percepatan
diversifikasi ekonomi Brunei
mulai menuju hasilnya. Upaya diversifikasi ekonomi
tersebut tidak lepas dari
peran Brunei untuk menjadi pendorong terlaksananya kerja
sama di kawasan sebagai ketua ASEAN tahun
2013 dan negara
anggota TransPacific Partnership(tPP). Brunei darussalam memiliki
cadangan devisayang cukup besar dan tidak memiliki utang
luar negeri. Brunei umumnya
menanam investasi pada
sektor properti, portfolio
investment, venture capitaldan
high technologyserta sektorsektor
lain seperti peternakan,
pertanian, perkebunan dan infrastruktur. Untuk mengatur
investasi luar negeri, Pemerintah Brunei darussalam telah membentuk Brunei Investment
Board (BiB). Berbagai investasinya di luar negeri merupakan salah satu
upaya Pemerintah Brunei darussalam
dalam menjamin kesejahteraan
ekonomi rakyatnya dan negara, dengan
tetap menghindari perilaku dan
sikap berhutang, serta melaksanakan penghematan
biaya dalam pengeluaran negara.dalam isu
ketahanan pangan, khususnya
diversifikasi pangan, Brunei menargetkan
swasembada beras pada tahun
2030. Hal ini
merupakan perhatian pemerintah
Brunei darussalam dan oleh karenanya dapat dimanfaatkan oleh negara-negara
lain. Negara lain di asia yang telah
memanfaatkan kebijakan ini adalah
Filipina dan tiongkok. Filipina dan Brunei
telah menandatangani MOU kerja
sama pertanian pada 27 april 2009, sedangkan tiongkok dan Brunei menandatangani MOU serupa pada
tanggal 4 mei 2009
dilanjutkan dengan kerja sama
penanaman padi pada area seluas
77 hektar di Kuala Belait.
indonesia telah menandatangani moU Kerja sama
Pertanian dengan Brunei pada
tanggal 24 Februari 2011 di Bandar seri darussalam.Produk-produk indonesia
cukup dikenal oleh masyarakat
Brunei. survei produk yang dilakukan oleh Kbri Bandar seri Begawan
pada akhir tahun
2013 menunjukkan adanya peningkatan jenis produk indonesia yang
dipasarkan. Pada tahun 2010 terdapat 1261 jenis produk
indonesia, meningkat menjadi 3497
pada tahun 2012 dan 3836 pada tahun 2013. Produk-produk yang beredar tersebut
terdiri dari produk makanan, minuman, obat-obatandan jamu, alat kebersihan
dan tekstil serta
alat elektronik. Masyarakat Brunei
menilai kualitas produk
indonesia lebih baik dibandingkan dengan produk tiongkok.
masuknya produk-produk indonesia diharapkan dapat
mengurangi defisit perdagangan
indonesia dengan Brunei khususnya di
bidang nonmigas.
D.
ANGKA
KETENAGAKERJAAN NEGARA BRUNEI DARUSSALAM
Sebagai Negara
kecil dengan jumlah
penduduk hanya 400
ribuan jiwa ,
Brunei Darussalam memiliki jumlah
angkatan kerja ynag
cukup kecil dibandingkan
dengan negara-negara tetangga
di kawasan asia tenggara.
Data dari Kemenakertrans RI,
menunjukan bahwa jumlah angktan
kerja Brunei darussalam mengalami
stagnansi. Tetapi mulai 2005 terjadi peningkatan jumlah angkatan kerj sehingga
2010 jumlah angkatan
kerja meningkat 38.6
persen sejak tahun
2004. Dengan jumlah
angkatan kerja 198.800 Brunei
menduduki peringkat 168
dalam urutan jumlah
angkatan kerja di
dunia. Menurt jenis kelamin angkatan kerja terserap pada
tahun 2012 terdiri dari 41,96 persen perempuan dan 58.4 persen laki-laki. Menurut
ILO, total Brunei
Darussalam angka partisipasi
kerja 66.3 persen
dibanding dengan seluruh
penduduk berumur 15 tahun keatas. Angka partisispasi perempuan
mencapai 55,7 persen dan masih dibilang rendah dibandingkan laki-laki 76.8
persen. Berbagi lapangan usaha yang menyerapan tenaga kerja di kelompokkan
menjadi 3 yaitu pertama adalah sector pertanian, yang termasuk dalam sector
pertanian adalah lapangan usaha yang
berkaitan dengan pertanian pangan,
perkebunan, kehutanan, perburuan,
perikanan. Yang kedua
sector industry, yang termasuk
dalam sector industry
adalah lapangan usaha
yang berkaitan dengan
kegiatan pertambangan dang pengilangan, manufaktur dan penyediaan
kepentingan publik seperti listrik, gas dan air. Yang
ketiga sector jasa,
yang termasuk ke
dalam sector ini
adalah perdagangan besar
dan kecil, restoran dan hotel,
transportasi dan komunikasi, keuangan, asuransi, real estate dan bisnis.
Data statistik Bunei
Darusallam menunjukan bahwa
sebagian besar tenaga
kerja ( 77.2%
) terserap di sector
jasa, sementar 21.4 % lainya
terserap di sector
industry. Sektor pertanian
rupanya hanya mampu menyerap 1.4 % tenaga kerja. Hal ini terkait dengan
karakteristik industry migas yang lebih padat modal ketimbang padat karya.
Dengan begitu, karena baik lahan pertaniannya yang tersedi maupun teknologi
pertanian di negari ini tidak berkembang baik, maka sector jasa
yang menjadi andalan utama untuk
menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang
besar. Brunei Darussalam
menjadi daya tarik
bagi pencari kerja dari
berbagai negara dan
merupakan negara tujuan
kerja alternatif bagi
para calon TKI, terutama di sektor formal . Berbeda
dengan negara lain, kasus-kasus penganiayaan terhadap TKI sehingga sorotan
media massa di tanah air, maka kondisi
TKI di Brunei relatif lebih baik. Aparat cepat bertindak apabila ada masalah
yang di hadapi TKI dan menginformasikannya ke KBRI. Seperti
yang telah diuraikan sebelumnya,
perekonomian di dominasi
oleh industri minyak
dan gas bumi.
Sementara itu perbandingan
kesempatan kerja bagi warga negar asing dibanding warga setempat adalah 38
persen bagi warga asing. Lowongan
kerja di Brunei
yaitu sektor jasa,
perminyakan dan gas,
konstruksi, industri,
perawat, perkebunan, ABK,
PLRT dn supir.
Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, kompetensi yang diperlukan
adalah Tenaga ahli bidang perminyakan, Tenaga ahli bidang konstruksi, Tenaga
ahli bidang jasa dan Tenaga non ahli (buruh) perminyakan dan konstruksi.
Jenis jabatan yang
diperoleh oleh pekerja
asing dalam bidang
minyak dan gas
yaitu operator, teknisi,dan analis bidang
konstruksi yaitu arsitek
dan buruh. Sedangkan
bidang jasa yaitu
asisten manajer, sekertaris, chef,
staf, dan waiters house keeper.
Berdasarkan data kemenakertrans, pada
tahun 2012, dari 339,195 TKI yang bekerja di Brunei Darussalam 37,87
persen dari mereka dalah perempuan dan 62,13 persen lainnya adalah laki-laki.
Distribusi TKI yang bekerja di Brunei Darussalam menurut jenis kelamin.
Berdasarkan umurnya, TKI yang bekerja
di Brunei Darussalam
dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok umur.
Dari data tersebut memperlihatkan bahwa
TKI yang berumur
40 tahun keatas
adalah sebanyak 35,96
persen. Ini berarti bahwa mereka yang
berumur kurang dari 40 bisa dikatakan TKI berumur relatif muda sebanyak 64,04
persen. Jenjang pendidikan yang ditamatkan dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu ; Pendidikan rendah , menengah dan tinggi. Berdasar jenjang pendidikan
TKI yang terbilang tinggi yaitu sebesar 84,95 persen dan yang pendidikan
menengah adalah 15,05 persen. TKI banyak terserap di sektor industri, yang
termasuk dalam sektor
industri adalah lapangan
usaha yang berkaitan
dengan pertambangan dan pengilangan, manufaktur dan penyediaan
kepentingan publik seperti listrik, gas dan
air. TKI yang terserap di sektor ini ada sebanyak 76, 93 persen. Sektor
jasa, yang terdiri dari perdagangan besar dan kecil, restoran dan hotel; transportasi
dan komunikasi keuangan, asuransi, real
estate dan bisnis
; serta jasa
komunikasi, sosial dan
personal, mampu menyerap TKI
sebanyak 23,03 persen.
Sementara itu, sektor
pertanian, yang terdiri
dari pertanian pangan, perkebunan,
kehutanan, perburuan dan
perikanan hanya mampu
menyerap TKI sebanyak 0,05
persen. Berbeda dengan
negara-negara tetangga yang
umumnya berbasis pertanian, sektor agrikultur di negara ini
memang tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar karena tidak
berkembangnya sektor ini. Berdasarkan jenis pekerjaan utamanya,terdapat 22.13
persen TKI yang bekerjaa sebagai tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan.
Selain itu terdapat 9,68 persen lainnya yang bekerja sebagai tenaga usaha penjualan
dan 2.18 persen
tenaga kerja yang
bekerja sebagai tenaga
usaha jasa. Sejalan
dengan data distribusi tenaga kerja menurut pendidikan dan sektor usaha, 66 persen TKI mengisi posisi
sebagai tenaga profesional, teknisi
dan sejenisnya. Berbeda
dengan kebanyakan negara
tujuan TKI pada umumnya, sebagian besar TKI yang
mengadu nasib di negara ini berbekal dengan pendidikan tinggi dan berhasil mengisi
posisi menengah keatas
dalam sektor industri.
Hanya sedikit saja
TKI yang bekerja menjadi buruh maupun penata laksana
rumah tangga. Ini mengidentifikasikan bahwa kesejahteraan TKI di Brunei
Darussalam relatif lebih baik dibandingkan kerja indonesia di negara tujuan
lain.
Brunei
Darussalam menjadi salah satu Negara di Asia Tenggara, selain
Malaysia dan Singapura
yang menjadi tujuan
TKI. Beberapa alasan
yang menjadikan Brunei menjadi
salah satu Negara favorit ialah factor jarak yang sangat dekat, pertumbuhan
ekonomi dan factor kesamaan agama dan bahasa. Hal kontraditif
yang terlihat di
Indonesia adalah kesempatan
kerja yang semakin
bertumbuh, tetapi
pengangguran juga bertambah.
Di satu sisi
,beberapa kesempatan kerja
tidak dapat terisi
oleh pencari kerja karena
kurangnya keterampilan, keahlian,
pengalaman dan tidak
mengetahui adanya kesempatan
kerja. Di sisi lain, pemberi kerja tidak mampu mendapat sumber daya manusia
yang tepat. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pencari
kerja dan pemberi
kerja tidak memiliki
informasi yang lengkap dan
tepat mengenai pasar
kerja pasar kerja
yang tersedia dengan
baik. Hal ini
menunjukkan bahwa informasi pasar
kerja memiliki peranan
yang penting dalam
mempertemukan pencari kerja
dengan pekerja yang diinginkan ,dan antara pemberi kerja dengan tenaga
kerja yang dibutuhkan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan berbagai pihak tentang
informasi pasar kerja secara lengkap, maka kemenakertrans menyelenggarakan kegiatan
pengelolaan informasi pasar
kerja, yang pada
pelaksanaannya diselwnggarakan
oleh dinas-dinas tenaga
kerja di tingkat
kab/kota. Informasi pasar
kerja diharapkan mampu menyediakn
informasi atau data
yang berkaitan dengan
pencari kerja lengkap
dengan kualifikasinya dan lowongan kerja lingkap dengan kondisi dan
syarat jabatanya. Berdasar
identifikasi dari masalah
tenaga kerja di
indonesia di luar
negeri, termasuk Brunei Darrussalam, maka
kementerian tenaga kerja
dan transmigrasi mengupayakan
suatu memorendum of understanding (
MoU ) yang
berfungsi untuk melindungi
keselamatan kerja TKI.
Beberapa hal yang dibahas dalam perundingan dan pembahasan
MoU TKI antara lain meliputi prosedur penempatan TKI ,kontrak kerja, gaji, metode pembayaran gaji, hak libur
dalam sepekan, penyimpanan
paspor, agen perekrutan, biaya
penempatan, pelatihan kompetensi
TKI dan penyelesaian
perselisihan. Hak normatif yang
harus didapat oleh
TKI selama bekerja
di luar yang
tercantum dalam kontrak
kerja, berisi soal pembayaran upah
minimum, jam kerja,
keselamatan kerja dan
kesehatan kerja, asuransi
perlindungan dan sebagainya turut
dibahas. Selain itu
untuk melakukan pengawasan,
dalam implementasi MoU pemerintah
Indonesia dan negara-negara penempatan juga harus sepakat untuk membentuk Joint Task Force ( JTF ) atau satuan gabungan yang juga untuk memberikan bantuan penyelesaian yang tepat
dan cepat bagi berbagai masalah yang muncul di lapangan. Ada yang masih dalam
tahap tukar menukar draft, ada yang sudah
masuk ke poin-poin
utana, namun ada
juga yang masih
mengalami terkendala dalam pembahasannya. Seperti yang telah diuraikan
di atas maka dalam hal kesempatan kerja di luar negeri, termasuk Brunei Darrussalam,
sistem info pasar
kerja perlu dikembangkan
sehingga ada informasi
yang sinetris antara pencari
kerja dengan pemberi
kerja mengenai kesempatan
kerja dan kompetensi
yang dibutuhkan. Mengingat target
pencari kerja di
Brunei Darussalam adalah
mereka yang umumnya berpendidikan relatif
tinggi yang menginginkan
pekerjaan di sektor
formal, maka media
informasi yang modern dapat dimanfaatkan.
Adapun untuk sebagian kecil pencari kerja yang berminat untuk bekerja di sektor
informal, media informasi yang perlu dimanfaatkn adalaah yang lebih media yang
lebih konvensial. Dengan adanya informasi
yang simetris antara
pencari kerja dan
pemberi kerja, maka
lembaga yang bertanggung jawab
mempersiapkan keberangkatan tenaga
kerja indonesia ke
Brunei Darussalam dapat membekali calon
tenaga kerja dengan
pelatihan untuk mencapai kompetensi
yang dibutuhkan pemberi kerja. Dalam
hal tenaga kerja
indonesia yang berimigrasi
secara mandiri, tanpa
melalui lembaga penempatan tenaga
kerja, maka informasi ini juga dapat menjadi bekal bagi mereka untuk
mendapatkan kesempatan kerja yang sesuai dengan kompetensi diri mereka. Demi
meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja indonesia yang akan
mengadu nasib di Brunei, maka
perlu dilakukan pelatihan
maupun pendidikan yang
bersifat formal dan
informal. Mengingat
kesempatan kerja yang
tersedia luas di
Brunei adalah sektor indutri,
maka tenaga kerja indonesia harus dipersiapkan dengan
ketrampilan yang spesifik atau dengan pendidikan yang tinggi agar dapat
menduduki posisi profesional, teknisi dan sejenisnya.
E.
KESULTANAN
ABSOLUT DAN NEGARA MODERN
Para
penguasa kerajaan dihadapkan pada apa yang telah digambarkan oleh Huntington
dan pakar yang lain sebagai “dilema raja”, modernisasi mengurangi kekuasaan dan
otoritas raja, dan mengharuskan para penguasa kerajaan untuk berbagi kekuasaan dengan beragam kelompok sosial
baru, seperti kelas menengah urban, yang tumbuh dengan pesat. Berdasarkan teori
modernisasi, kelas menengah mendorong terjadinya perubahan dan partisipasi
politik yang lebih besar, dan ini menjadi penyebab kejatuhan kerajaan. Tetapi, kerajaan-kerajaan yang sangat bergantung pada minyak seperti
kerajaan di Timur Tengah dan Brunei telah berhasil menghambat kemungkinan ini
dan justru berkembang dan tumbuh sebagai negara neo-tradisional yang
konservatif, patrialistik dan sangat otoriter. Mereka menggunakan suatu formula
legitimasi yang dilandaskan atas dasar agama, budaya, dan tradisi. Sebagai
tambahan, sebagai respons terhadap perkembangan sosial ekonomi yang pesat,
mereka telah mengembangkan formula legitimasi sehingga meliputi penampilan di
bidang ekonomi yang didukung oleh program kesejahteraan yang melimpah. Para
penguasa berusaha untuk membentuk hubungan yang kuat dan tahan lama dengan
rakyatnya.
Setelah
memperoleh kemerdekaan pada tahun 1984, Brunei dihadapkan pada tugas yang luar biasa
sulit untuk membentuk institusi pemerintahan. Sultan memiliki kekuasaan mutlak,
tapi pada saat yang sama ia memahami pentingnya pengembangan institusi
profesional milik pemerintah yang akan membantu dirinya dalam memenuhi
kebutuhan untuk memerintah suatu negara modern. Suatu bentuk pemerintahan
kabinet diumumkan pada tahun 1984. Tetapi, di dalam kabinet tersebut, sang
sultan masih memiliki kekuasaan yang luar biasa. Ia berfungsi sebagai perdana
menteri, menteri keuangan, dan menteri dalam negeri pada saat yang bersamaan.
Untuk meringankan masalah “dilema raja”, sang sultan memperkerjakan golongan
elit baru berpendidikan tinggi di dalam pemerintahan yang ia bentuk dengan tujuan untuk mengurangi
ketidakpuasan di antara beragam kelompok sosial yang baru muncul.
Dengan
menjalin persekutuan dengan para elit-elit baru ini, sang sultan juga berhasil
mengurangi ketergantungannya pada keluarga kerajaan dan golongan elit
tradisional. Para teknokrat dan golongan
elit berpendidikan tinggi diberikan posisi yang penting di dalam
pemerintahan yang dibentuk oleh sang sultan. Putra sang sultan, pangeran haji
AlMuhtadee Billah, diangkat sebagai putra mahkota pada tahun 1998 dan
dipromosikan sebagai menteri senior pada tahun 2005. Selama dekade terakhir, ia
telah diberi peran yang lebih penting lagi, kadang-kadang mewakili sang sultan,
menghadiri acara publik dan menyambut tamu-tamu penting dari negara asing untuk
menjamin terjadinya transisi kekuasaan yang berjalan mulus. Semenjak
kemerdekaan, jarang sekali ada upaya untuk memperkenalkan perwakilan pemerintah
dengan posisi penting, dan kekuasaan tersentralisasi pada sang sultan dan
kerabat dekatnya.
Selain
menyerap golongan elit berpendidikan tinggi ke dalam badan eksekutif dan birokrasi milik pemerintah, sultan juga
berusaha mengambil hati golongan masyarakat Brunei yang lain melalui pengadaan
program kesejahteraan yang melimpah dan komprehensif. Ekonomi Brunei sangat
bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, Brunei bergantung pada minyak dan
gas bumi dengan total 90% dari pemasukan ekspor dan lebih dari setengah dari
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)-nya. Institusi
negara adalah penyerap tenaga kerja terbesar, pada saat ini mem-pekerjakan 25%
dari seluruh populasi Brunei dan pemerintah menyediakan standar hidup yang
tinggi,10 dengan GDP perkapita sebesar US$ 51,760 - salah satu yang tertinggi
di Asia. Kesultanan Brunei telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang stabil
dengan kenaikan GDP sebesar 2.6% pada tahun 2011, seiring kenaikan harga
minyak. Brunei memiliki tingkat inflasi rendah dan tidak mengenal adanya
kebijakan pajak penghasilan pribadi. Kemampuan kesultanan Brunei untuk
menyediakan program kesejahteraan yang berlimpah menjamin legitimasi yang
sangat diperlukan oleh negara di dalam lingkungan politik tanpa perwakilan
politik dan bentuk partisipasi politik yang berarti.
Masyarakat Brunei diatur dengan ketat dan media
dikontrol dengan ketat. Undang-undang darurat diperbarui setiap dua tahun
walaupun tidak ada ancaman serius terhadap kesultanan semenjak 1962. Setiap
ancaman telah diatasi dengan respons yang cepat dan kuat. Salah satu partai
politik pertama yang terbentuk, Partai Demokrasi Nasional Brunei (BNDP),
dibentuk pada tahun 1985, menuntut pembentukan suatu demokrasi parlementer
berdasarkan monarki konstitusional, penghapusan undangundang darurat dan
pengadaan pemilihan umum. Partai tersebut dengan cepat dibekukan pada tahun
1988 di bawah Undang-undang Komunitas (Societies Act), dan pemimpinnya, Abdul
Latif Chuchu, ditangkap dengan dasar Undang-Undang Darurat. Sejumlah partai
politik lain juga telah muncul tapi dengan jumlah keanggotaan yang sedikit dan
partai-partai tersebut memilih untuk menghindari kritik secara terangterangan
tentang keluarga kesultanan. Meskipun partai-partai ini memiliki kebijakan yang
lebih moderat, merekapun dibekukan oleh pemerintah. Satu-satunya partai politik
di Brunei pada saat ini adalah Partai Pembangunan Nasional (National
Development Party).
F.
KERJASAMA TRILATERAL INDONESIA, MALAYSIA, DAN BRUNEI
DARUSSALAM DALAM MENANGANI MASALAH KERUSAKAN HUTAN DI WILAYAH PERBATASAN
KALIMANTAN TIMUR
Secara historis gagasan inisiatif Heart of Borneo (HoB) secara
resmi diwacanakan dalam pertemuan para pihak antara Pemerintah Negara
Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam yang mengusung tema Three
Countries – One Conservation Vision, di Brunei Darussalam pada tanggal 5
April 2005. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati, sebuah usulan agar
ketiga Negara melakukan launching Inisiatif Heart of Borneo (HoB) pada
pertemuan COP 8-CBD pada bulan Maret 2006 di Brazil. Pertemuan Three
Countries One Conservation Vision di Brunei Darussalam tersebut kemudian, ditindaklanjuti
oleh pertemuan-pertemuan berikutnya. Dalam setiap kali pertemuan yang
diselenggarakan fokus agenda adalah mendorong kesepakatan di tingkat tiga
Negara untuk segera mendeklarasikan Inisiatif Heart of Borneo (HoB)
tersebut menjadi sebuah program.
Dengan proses demi proses yang panjang maka akhirnya komitmen tiga
Negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dapat dicapai dengan
terselenggaranya Deklarasi Heart of Borneo (HoB) di Bali pada tanggal 12
Februari 2007. Deklarasi tersebut telah menjadi salah satu tonggak sejarah yang
sangat penting dalam upaya membangun pondasi kerjasama lintas negara dalam
bidang konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
Beberapa
hal penting dari isi Deklarasi Heart of Borneo adalah :
1.
Kesatuan visi
konservasi dengan tujuan kesejahteraan rakyat ketiga Negara.
2.
Heart of
Borneo adalah ikatan lintas batas negara yang bersifat
sukarela yang berdasarkan atas kearifan lokal, pengakuan dan penghormatan
terhadap hukum, kebijakan,peraturan yang berlaku di masing-masing negara serta
memuat ketentuan dan kesepakatan lingkungan.
3.
Ketiga negara
bersepakat untuk bekerjasama atas prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
melalui penelitian,pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan, pendidikan dan
pelatihan serta kegiatan lain yang relevan dengan pengelolaan lintas batas,
konservasi,dan pembangunan berkelanjutan wilayah yang tercakup dalam Heart
of Borneo.
Pada pertemuan trilateral pertama negara-negara Heart of Borneo (HoB)
ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2007 di Rizqun International Hotel,
Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, yang dipimpin oleh Deputi Kementrian
Industri dan Sumber Daya Alam Brunei Darussalam dan dihadiri oleh delegasi dari
ketiga negara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam), adapun beberapa catatan
dari hasil pertemuan tersebut adalah berikut ini:
a.
Deputi
Menteri Industri dan Sumber Daya Alam Brunei Darussalam yang pada pertemuan itu
selaku chairman mengemukakan keinginan Brunei Darussalam menjadi Heart of
Borneo Center dengan adanya alasan bahwa Brunei Darussalam merupakan
satu-satunya negara yang beribukota di Borneo, sehingga dianggap menjadi lokasi
yang strategis untuk mengorganisir Heart of Borneo (HoB). Disamping itu
saat ini Indonesia sudah ada ASEAN Secretariate dan di Malaysia ada The
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA)
Facilitation Centre. Dan jika itu terjadi Heart of Borneo Centre akan
dibiayai oleh Deputi Kementrian Industri dan Sumber Daya Alam, dan secara
langsung Brunei Darussalam akan membiayai kegiatan Center tersebut
selama 3 tahun, dan baru setelah itu Brunei Darussalam akan secara permanen
membiayai 60% dari biaya-biaya yang diperlukan.
Rapat
menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1.
Masing masing
negara akan segera merumuskan National Project Document. Dokumen
tersebut akan disampaikan pada pertemuan The Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA)
Senior Officials/Minister mendatang (akhir 2007).
2.
Usulan yang
membahas tentang pembentukan sekretariat / Heart of Borneo Centre oleh
Brunei Darussalam dan Indonesia akan disampaikan kepada otoritas yang relevan
di setiap negara, dan akan dibicarakan pada pertemuan The Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA)
Senior Officials/Minister mendatang.
3.
Pada waktu
itu pertemuan ini menerima tawaran Asian Development Bank (ADB) untuk
melaksanakan misi bantuan teknis di 3 negara yang akan dilaksanakan pada
Agustus 2007, sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing negara.
4.
Selanjutnya
adalah Malaysia akan menjadi penyelenggara Heart of Borneo Expedition Series
pertama pada Juni 2008 di Sarawak. Indonesia akan menyelenggarakan
lokakarya pengelolaan konservasi dan pembangunan secara lestari yang pertama
pada tahun 2008. Konferensi Ilmiah Heart of Borneo untuk mendorong
pemahaman yang lebih baik mengenai keanekaragaman hayati Heart of Borneo akan
diselenggarakan oleh Brunei Darussalam pada awal tahun 2009.
5.
Disepakatinya
The 2nd Heart of Borneo Trilateral Meeting yang akan dilaksanakan di
Pontianak , Kalimantan Barat pada Januari 2008.
Pada pertemuan kali ini diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan
dokumen berupa rencana aksi dari Inisiatif Heart of Borneo (HoB),.
Pertemuan penting ini seperti biasa dihadiri oleh delegasi negara-negara yakni
( Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Pada waktu itu delegasi Brunei
Darussalam dipimpin oleh Mr. Hj. Saidin bin Salleh selaku Direktur Kehutanan,
Departemen Kehutanan Kementrian Industri dan Sumber Daya Alam; sedangkan delegasi
dari Indonesia dipimpin oleh Mr Noor Hidayat, selaku Direktur Konservasi
Kawasan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, dan delegasi dari Malaysia
dipimpin oleh Mr Norsham Abdul Latif dari Kementrian Lingkungan dan Sumber Daya
Alam Malaysia. Dan yang memimpin pertemuan ini adalah Mr Tonny Soehartono,
Direktur Konservasi Biodeversitas, Departemen Kehutanan, Republik Indonesia.
Pada pertemuan yang sekarang ini bertujuan untuk menentukan dan
merundingkan draf dari Strategic Plan of Action (SPA) dari inisiatif Heart
of Borneo supaya lebih efektif dalam implementasi Heart of Borneo .
Penentuan draf yang dibahas akan dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia dengan
menerima masukan-masukan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Dan pertemuan ini
sepakat untuk menetapkan keputusan akhir dari Strategic Plan of Action (SPA)
yang berisi lima program, yaitu: Trans
Boundary Management, Protected
Areas Management, Sustainable Natural Resources Management, Ecotourism
Development, dan Capacity
Building.
Program-program diatas tadi juga didukung oleh beberapa aksi yang
disepakati dan diadopsi oleh ketiga negara pada 2nd Heart of Borneo
Trilateral Meeting .
Pertemuan negara-negara Heart of Borneo yang ketiga ini dilaksanakan di
kota Kinabalu, negara bagian Sabah, Malaysia pada tanggal 5-6 oktober 2009.
Pada petemuan kali ini masing-masing negara memberikan update perkembangan
program Heart of Borneo dan membicarakan beberapa isu penting yakni: Institutional
Arrangement and Modalities, Mekanisme pendanaan berkelanjutan untuk Heart
of Borneo (termasuk program REDD1 sebagai salah satu alternatif pendanaan),
dan Sistem informasi geografis program Heart of Borneo serta logo Heart
of Borneo.
Pertemuan yang dihadiri oleh para delegasi negara dari Indonesia,
Malaysia dan Brunei Darussalam ini dibuka secara resmi oleh Yang Berhormat Tan
Sri Datuk Seri Panglima Joseph Kurup, yakni Deputi Mentri Sumber Daya dan
Lingkungan Malaysia. Dan beliau menyatakan bahwa upaya konservasi lintas batas
yang telah ada ini merupakan komponen penting yang perlu terus dipertahankan
dalam rangka memastikan perlindungan dan konservasi hutan dataran tinggi
Borneo.
Adapun perkembangan program yang disampaikan oleh masing masing negara
pada pertemuan ini yakni:
a.
Brunei telah
membentuk Dewan Nasional Heart of Borneo (Heart of Borneo National
Council) dan Heart of Borneo Centre.
b.
Indonesia
telah memiliki draft final Rencana Aksi Strategis Nasional sebagai landasan
implementasi program Heart of Borneo di Indonesia dan bahwa kawasan Heart of
Borneo telah dijadikan Kawasan Strategis Nasional (KSN) oleh pemerintah.
c.
Malaysia
menyatakan bahwa Program Heart of Borneo di kawasan Sabah dan Sarawak
merupakan salah satu program penting yang termasuk dalam Ninth Malaysia Plan.
Dan bagian pokok dari hasil pertemuan ini adalah pembahasan mengenai Institutional
Arrangements Modalities yang merupakan pilar penting dalam implementasi
program Heart of Borneo setelah ketiga negara menyepakati 5 program
utama pada pertemuan trilateral sebelumnya di Pontianak tahun 2008. Khusus
untuk isu ini, draf dokumen yang menjadi bahan diskusi bersama ketiga negara
tadi dipersiapkan oleh Malaysia. Dan dalam pertemuan yang akan datang
disepakati perlunya pendalaman lebih lanjut terhadap Institutional
Arrangements Modalities, sehingga setelah pertemuan ini akan dibentuk
kelompok kecil yang dimandatkan untuk membahas dan menyelesaikan isu-isu
tersebut. Brunei Darussalam bersedia memfasilitasi dan menjadi tuan rumah untuk
pelaksanaan The 4th Heart Of Borneo Trilateral Meeting yang secara tentatif
akan dilaksanakan pada April 2010.
Pertemuan Trilateral Heart of Borneo kali yang keempat ini
dilaksanakan di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam pada tanggal 19-23 April
2010. Rangkaian Heart of Borneo Trilateral Meeting yang ke-4 ini diawali
dengan Working Group Meeting on Institusional Arrangements and Modalities
for Heart of Borneo yang dilaksanakan pada hari pertama yakni tanggal 19
April 2010 antara perwakilan pemerintah ketiga negara. Untuk Working Group ini
Indonesia dikepalai oleh Direktur Penataan Ruang Wilayah III Kementrian
Pekerjaan Umum, Wahyono Bintarto dan Juru Bicara Kementrian Luar Negeri,
Tjetjep Herawan. Selain itu diikuti pula oleh perwakilan dari Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Kementrian Kehutanan, Kementrian Luar Negeri,
Kementrian Pertahanan, Kementrian Pertanian, serta perwakilan KBRI untuk Brunei
Darussalam.
Heart of Borneo adalah merupakan program yang
di koordinasi oleh pemerintah. Pengelolaan Heart of Borneo ada di tangan
pemerintah dan didukung oleh masyarakat seperti lembaga-lembaga non pemerintah
(NGO/LSM) ), institusi pendidikan dan penelitian ataupun negara lainnya. Adapun
proyek Heart of Borneo dinilai sebagai proyek yang tepat dalam mengatasi
masalah kerusakan hutan-hutan di Borneo khususnya Kalimantan Timur. Hal ini
karena Proyek Heart of Borneo merupakan proyek lingkungan di hutan
Kalimantan pertama yang menggabungkan koordinasi lintas batas antara pemerintah
Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, dimana proyek-proyek sebelumnya
biasanya hanya melibatkan LSM dan pemerintah lokal yang dominan di hutan
Kalimantan, yaitu pemerintah Indonesia.
Adanya koordinasi lintas batas ini dipandang sebagai hal yang dapat
mempermudah upaya perlindungan hutan di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.
Karena selama ini upaya perlindungan selalu terbentur dengan masalah-masalah
batas negara sehingga upaya yang ada hingga kini belum maksimal. Di Indonesia
pada tingkat pusat telah dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) HoB Nasional yang
diketuai oleh Asisten Deputi Urusan Kehutanan dari Kementrian Koordinasi
Perekonomian (Menko Perekonomian) dan Sekretariat Pokja HoB Departemen
Kehutanan. Demikian dengan Kalimantan Timur yang memiliki Pokja Heart of
Borneo tersendiri. Dan adapaun langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan
membuat atau menyusun Strategic Plan of Action (SPA).
Program Heart of Borneo dikembangkan dengan menggunakan aturan
perundangan yang telah ada sebagai salah satu dasarnya. Karena Heart of
Borneo ingin membangun komitmen politik para pihak untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan dan konservasi. Heart of Borneo tidaklah merubah kawasan
untuk seluruhnya menjadi kawasan konservasi. Heart of Borneo juga akan
menghargai komitmen-komitmen sebelumnya yang telah ada. Dalam
mengimplememtasikan nya Heart of Borneo akan menggunakan dan menghargai
peraturan perundangan yang terdapat di negara masing-masing. Program ini akan
terus mendorong tumbuhnya komitmen terhadap pemanfaatan berkelanjutan dan
konservasi dalam dukungan kebijakan terhadap penerapan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan konservasi.
Rencana rinci fase implementasi Heart of Borneo dimulai pada
tahun 2007, dengan fokus pada perencanaan aktifitas yang melibatkan para
pemangku kepentingan dan merumuskan strategi pemenuhan dana jangka panjang yang
berkesinambungan. Kerjasama ini mencakup kegiatan lintas batas antar tiga
negara dan setiap negara secara individual dapat mengembangkan kegiatan
masing-masing seperti:
-
Melakukan
inventarisasi, analisis kesenjangan,merumuskan dan melaksanakan program aksi (action
plan).
-
Melanjutkan
aktivitas program yang sedang berjalan.
-
Melakukan
konsultasi dengan pemangku kepentingan di tiga negara untuk mengidentifikasi
prioritas kerja dan kesempatan investasi.
-
Membangun
kelembagaan Heart of Borneo (HoB) di tiga negara.
-
Menentukan
prioritas pembangunan lintas batas.
G.
KONFLIK NEGARA BRUNEI DARUSSALAM
Laut Cina selatan merupakan laut tepi dari Samudra Pasifik
dengan luas sektor 3.500.000 km membentang dari Barat Daya ke Timur Laut, dari
Singapura ke Selat Taiwan, negara-negara yang wilayahnya berbatasan dengan laut
adalah Cina, Makao, Hongkong, Taiwan, Filipina, Malaysia, Brunei, Indonesia,
Singapura, Thailand, Kamboja dan Vietnam.
Terdapat 200 pulau dan karang yang kebanyakan membentuk
gugusan kepulauan Spratly dan tersebar seluas 810 sampai 900 Km. Sengketa
muncul di kawasan ini sejak tahun 1947, ketika Cina menerbitkan peta yang
mengklaim sebagian besar wilayah laut CinaSelatan. Alasan sejarah menjadi dasar
klaim Cina bahwa gugusan pulau tersebut telah menjadi wilayah Cina sejak
Dinasti Han (206-220 SM). Klaim Cina ini mendapat tantangan dari Vietnam,
Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan yang mempersengketakan kepulauan
Paracel. Sedangkan Cina, Malaysia, Filipina, Taiwan, Vietnam dan Brunei
mempersengketakan kepulauan Spartly.
Secara
geografis sangat strategis bagi jalur perdagangan atau Sea Line Of Trade (SLOT)
dan jalur komunikasi Internasional atau Sea Line of Communication (SLOC)
yang menghubungkan Samudra India dan Samudra Pasifik 4 Secara ekonomi, mempunyai
potensi sumber daya alam yang besar, terutama minyak bumi, gas alam, dan
perikanan. Secara politis sangat penting dalam konteks politik domestik, yakni
kepentingan kedaulatan (perbatasan maritim dengan negara tetangga) dan
stabilitas politik regional negara-negara ASEAN (Association of South East
Asian Nation).
Brunei
berpegang pada Konvensi Unclos 1982 yang mengklaim Louisa Reef salah satu pulau
karang di Selatan Spratly yang masuk dalam landas kontinen sampai kedalaman 100
fathom dari Brunei sesuai UNCLOS 1982. Brunei dengan alasan sejarah yang
merujuk penguasaan Inggris terhadap pulau-pulau di kepulauan Spratly yang
menjadi bagian Kesultanan Bruneisejak awal abad ke-18. Tumpang tindih klaim
kedaulatan ini ditambah pula dengan perebutan sumber daya alam yang sangat
besar yang menurut perkiraan menyimpan cadangan minyak dan gas terbesar ke
empat di dunia. Geostrategis Laut Cina Selatan sebagai salah satu jalur
perdagangan tersibuk di dunia tentunya menambah gairah penguasaan, karena
dengan mengontrol kawasan ini akan membawa dampak ekonomi, politik bagi negara
yang menguasainya sesuai dengan pernyataan Admiral Sir Walter Releigh : “Whose
ever command the sea, command the trade whose ever command the trade of the
world commands the world and consequently the world it self” (Sir Walter
Raleigh, abad ke 17 tentang teori kekuatan laut).
BAB IV
KESIMPULAN
Negara
Brunei Darussalam (Negara Brunei yang penuh kedamaian) berIbukota Bandar Seri
Begawan dengan Luas 5.765 km2, sistem pemerintahannya Kesultanan
Konstitusional, Kepala Pemerintahannya sultan, Bahasa yang digunakan Melayu dan
Inggris sebagai bahasa resmi, mata uang Dollar Brunei (B$). Dengan kegiatan
perekonomian ekspor utama minyak mentah, gas alam, refined products. Iklim
tropis yang lembab sepanjang tahun. uhu rata-rata adalah 28°C (82°F).
Pendapatan perkapitanya U$42.200 (pebruari 2011), komoditas utamanya Industri
utama perminyakan, pengilangan minyak, gas alam cair, konstruksi.
Lowongan kerja
di Brunei yaitu
sektor jasa, perminyakan dan
gas, konstruksi, industri, perawat,
perkebunan, ABK, PLRT
(domestic worker) dan supir.
Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, kompetensi yang diperlukan adalah
tenaga ahli bidang
perminyakan, tenaga ahli
bidang konstruksi, tenaga ahli bidang jasa dan tenaga non ahli (buruh),
tenaga operator, teknisi dan analis, arsitek dan buruh. Sedangkan bidang jasa
yaitu asisten manajer, sekertaris, chef, staf, dan waiters house keeper.
Secara historis gagasan inisiatif Heart of Borneo (HoB) secara
resmi diwacanakan dalam pertemuan para pihak antara Pemerintah Negara
Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam yang mengusung tema Three
Countries – One Conservation Vision, di Brunei Darussalam pada tanggal 5
April 2005. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati, sebuah usulan agar
ketiga Negara melakukan launching Inisiatif Heart of Borneo (HoB) pada
pertemuan COP 8-CBD pada bulan Maret 2006 di Brazil. Pertemuan Three
Countries One Conservation Vision di Brunei Darussalam tersebut kemudian,
ditindaklanjuti oleh pertemuan-pertemuan berikutnya. Dalam setiap kali
pertemuan yang diselenggarakan fokus agenda adalah mendorong kesepakatan di
tingkat tiga Negara untuk segera mendeklarasikan Inisiatif Heart of Borneo (HoB)
tersebut menjadi sebuah program.
DAFTAR
PUSTAKA
Imri Fahmi.
2013. Brunai Darussalam: Negeri Dengan
Sistem Pemerintahan
Kesultanan
Bersendikan Islam Ditengah Desakan Budaya Asing. (jurnal online)
Talib Naimah
S. 2013. Brunai
Darussalam: Kesultanan Absolut dan Negara Modern. (jurnal Online)
http://kyotoreview.org/wp-content/uploads/Naimah-Talib-Bahasa.pdf. diakses : 22
Oktober 2015
Niam Muh Miftachun. 2011. Sejarah Brunei
Darussalam. (jurnal online)
http://kakniam.files.wordpres.ss.com//2011/04/sejarah_brunei_daruss-a;am.pdf.
Diakses : 22 Oktober 2015
Tim Pusat Layanan Karir Terpadu (PLKT).
2015. Menyonsong Asean Economy Community 2015. . Diakses : 22 Oktober 2015
Tim Penyusun.
Kerjasama trilateral Indonesia,
Malaysia, dan Brunei Darussalam dalam menangani masalah kerusakan hutan di wilayah
perbatasan Kalimantan Timur. (jurnal Online)
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/-jbptunikompp-gdl-adit-yanurd-26724-7-14.unik-n.pdf.
Diakses : 22 Oktober 2015
Komentar
Posting Komentar