GEOGRAFI PERMUKIMAN (Analisis permukiman komplek dharma bakti 01 kel. sungai andai kec. banjarmasin utara)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Permukiman atau ’settlement’ pada dasarnya merupakan suatu bagian wilayah/ tempat dimana penduduk/ pemukim tinggal, bekerja dan beraktivitas, serta berinteraksi atau berhubungan dengan sesama pemukim lainnya dalam suatu asyarakat (Martha, 2007). Permukiman merupakan objek material geografi dan dapat pula dipandang sebagai objek formal geografi. Objek material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat dan terjadi di permukaan bumi, sedangkan objek formal geografi adalah cara memandang dan cara berfikir mengenai permukiman melalui pendekatan keruangan. Studi mengenai permukiman merupakan bagian dari ilmu studi geografi karena permukiman merupakan bagian geosfer yang dalam lingkup keruangan.
kriteria permukiman yang baik adalah adanya pemenuhan aspek fisik dan nonfisik (sosial, budaya, ekologis, fungisonal) yang saling mempengaruhi dengan tujuannya adalah peningkatan kualitas hidup (Widyastomo, 2011). Pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya permukiman kumuh. Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Latar belakang penulisan laporan berdasarkan uraian diatas yaitu tentang deskripsi wilayah permukiman dengan sampel permukiman di Komplek Dharma Lestari 1 Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini yaitu:
1.      Bagaimana deskripsi wilayah komplek Dharma Lestari 1?
2.      Bagaimana karakteristik permukiman di Komplek Dharma Lestari 1?
C.    Tujuan
Tujuan pembuatan laporan geografi permukiman ini selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah juga bertujuan untuk mengetahui:
1.      Deskripsi wilayah Komplek Dharma Lestari 1.
2.      Karakteristik permukiman di Komplek Dharma Lestari 1.



BAB II
DASAR TEORI
A.    Konsep Permukiman
Permukiman merupakan objek material geografi dan dapat pula dipandang sebagai objek formal geografi. Objek material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat dan terjadi di permukaan bumi, sedangkan objek formal geografi adalah cara memandang dan cara berfikir mengenai permukiman melalui pendekatan keruangan. Studi mengenai permukiman merupakan bagian dari ilmu studi geografi karena permukiman merupakan bagian geosfer yang dalam lingkup keruangan. Permukiman menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman adalah, bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik dalam lingkup perkotaan maupun pedesaan, dan juga memiliki  fungsi sebagai lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan (1997:24) dalam Widyastomo (2011) aspek sosial, ekologis, dan fungsional merupakan elemen-elemen yang saling terpadu, menunjang antara satu dengan lainnya untuk menjamin peningkatan kualitas hidup secara berkelanjutan. Menurut Johan Silas (1985) suatu permukiman hendaknya mengikuti kriteria bagi permukiman yang baik, dengan memenuhi aspek fisik dan aspek nonfisik. Proses bermukim menjadi faktor  pengikat antara masa dulu, kini dan masa akan datang dengan tujuan peningkatan kualitas hidup. Aspek fisik dan nonfisik saling mempengaruhi satu dengan yang lain sebagai wujud dari aspek-aspek yang tidak saling terpisahkan antara satu dengan lainnya (Widyatsomo, 2011).
1.      Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh menjadi salah satu cara mayarakat miskin mengatasi persoalan perumahan yang terjangkau (Maharani dan Umilia, 2013). Permukiman kumuh menurut UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan  permukiman, adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat(Advianty dan Hendayeni, 2013). Untuk permukiman dengan tingkat kekumuhan tinggi dibutuhkan adanya optimalisasi partisipasi masyarakat pada tangga ketiga dan permukiman dengan tingkat kekumuhan sedang, optimalisasi partisipasi yang dapat dilakukan dengan memberikan forum penjaringan aspirasi masyarakat yang komunikatif dan merekrut fasilitator yang kompeten dan lebih peka dengan kondisi masyarakat.
Penyebab kawasan kumuh menurut Maharani dan Umilia (dalam RP4D, 2008) yaitu dipicu oleh tingginya angka  urbanisasi yang masuk. Banyak warga dari luar kota berbondong-bondong datang dengan tujuan untuk bekerja atau keperluan lain. Peningkatan jumlah penduduk, pembangunan dan penambahan pusat-pusat aktivitas baru pemacu pertumbuhan wilayah secara langsung meningkatkan kebutuhan perumahan dan lahan dengan keterbatasan ketersediaan lahan di suatu wilayah. Hal itu mengakibatkan pemanfaatan lahan secara intensif dengan kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi. Implikasinya penyediaan lahan semakin menipis sehingga harga lahan menjadi mahal.
Pertumbuhan permukiman kumuh ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Clinard Marshall B. (1966), disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
- Growth of density (pertambahan penduduk)
Adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru, secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
- Urbanization (Urbanisasi)
Adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

2.      Permukiman miskin
Konteks kemiskinan tidak hanya diukur dari penghasilan (income poverty), tetapi juga kondisi rumah yang buruk dan kumuh, serta kekurangan bahan kebutuhan pokok, sehingga terkadang kemiskinan ‘memiliki banyak dimensi’ (Purwandari dan Arymurty, 2010).
Permukiman miskin menurut Purwandari dan Arymurthy (dalam UN-HABITAT, 2008)  Pemukiman miskin adalah pemukiman padat dengan karakteristik penduduk mengalami kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan rumah . Motivasi munculnya pemukiman miskin adalah ketersediaan lapangan pekerjaan, kemudahan lokasi pasar dan pusat perbelanjaan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, kedekatan dengan wilayah industri dan komersial, akses layanan publik, akses jaringan transportasi umum dan ketersediaan air.
Karakteristik lokasi-lokasi berkembangnya pemukiman miskin pada data spasial adalah sebagai berikut:
a.       Pola tata ruang.
Rencana pola tata ruang wilayah pembangunan lahan dan alokasi  pemukiman yang kurang baik, tidak ada ruang terbuka dan jalan yang menimbulkan kecenderungan bentuk dan ukuran yang tidak teratur. Sebaliknya alokasi perumahan yang teratur memiliki ruang terbuka yang lebih menonjol.
b.      Struktur rumah.
Perumahan padat cenderung memiliki struktur ukuran yang lebih kecil dan bersebelahan/berhimpitan.
c.       Batas rumah
Pemukiman rumah yang spontan tanpa perencanaan memiliki bentuk batasan poligon yang tidak teratur.
d.      Cluster dan penyebaran pemukiman
Tanpa perencanaan yang jelas menyebabkan ketidakseimbangan, tidak meratanya cluster populasi padat di satu sisi dan populasi yang jarang di sisi lainnya, tidak ada wilayah vegetasi dan ruang wilayah publik yang cukup.
e.       Bentuk reflektance atau radiasi
Umumnya wilayah pemukiman informal memiliki bentuk radiasi yang berbeda karena degradasi alam, ukuran bangunan dan sifat material bangunan yang mudah rusak sehingga terlihat lebih gelap.
f.       Atribut lokasi
Biasanya pemukiman padat terletak di perkotaan, dekat wilayah komersial dan industri sebagai daya tarik utama urbanisasi serta mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. Selain itu, pemukiman ini sering ditemukan pada zona berbahaya seperti sekitar aliran sungai, sepanjang rel kereta api, di bawah jembatan layang, dan dekat tempat pembuangan sampah.
B.     Pola Permukiman
Pola permukiman menurut Widyatsomo (dalam Yoduhusodo, 1991) terdapat 3 pola permukiman yaitu:
1.      perumahan yang direncanakan dengan baik dan dibangun dengan baik dan teratur rapi serta memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas yang cukup baik
2.      perumahan yang berkembang tanpa direncanakan terlebih dahulu. Polanya tidak teratur, prasarana, utilitas dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat kuantitas maupun kualitas. Dibedakan antar dua tipe utama, yaitu tipe kampung dan tipe perumahan liar
3.      perumahan yang tidak sepenuhnya direncanakan dengan baik. Jalan utama dan di kiri kanan jalandibangun rumah yang baik dan teratur. Namun, ditengah dan belakang tumbuh rumah-rumah tipe kedua yaitu rumah-rumah yang tidak teratur.
C.    Perubahan Permukiman
Perubahan pada permukiman menurut Widyatsomo (dalam Rapoport, 1969) perubahan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik atau faktor tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya yang terlihat dalam pengertian yang luas. Pembentukan lingkungan permukiman, Rapoport dibagi menjadi dua kelompok elemen dasar, yakni elemen fisik, seperti, kondisi iklim, metode konstruksi, material yang tersedia dan teknologi, dan elemen socio-cultural. selalu berubah sehingga makna bangunan maupun permukiman juga dapat berubah. Hanya saja perubahan tersebut tidaklah selalu terjadi secara serentak dan pada seluruh elemen ataupun tatanannya, akan tetapi selalu dijumpai adanya unsur yang berubah dan yang tetap atau constancy and change.
Hal ini dipertegas oleh Silas (1999) mengatakan bahwa rumah adalah bagian utuh dari suatu permukiman dan bukan semata-mata hasil fisik yang sekali jadi, tapi merupakan proses yang berkembang berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya, dengan tujuan untuk merangsang kesejahteraan individu dan masyarakat sekitarnya. Kekhasan fisik permukiman merupakan salah satu bagian dari potensi yang perlu ditemukan dan dikembangkan kembali agar kawasan memiliki identitas atau ciri khas yang menjadi daya tarik.  kekhasan fisik kawasan dapat dilihat dari pola dan tatanan bangunan serta bentuk rumah masih asli (rumah adat).











BAB III
DESKRIPSI WILAYAH

A.    Deskripsi Wilayah Kalimantan selatan, Banjarmasin, Banjarmasin Utara
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu Kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 38. 744,23 .  Sebelum menjadi provinsi yang berdiri sendiri,  sesungguhnya Kalimantan Selatan sudah merupakan daerah yang paling menonjol di pulau Kalimantan, khususnya kota Banjarmasin yang merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi atau perdagangan, dan pemerintahan, baik semasa penjajahan maupun pada awal kemerdekaan.
Kota Banjarmasin adalah ibu kota provinsi Kalimantan selatan, Indonesia serta kota terbesar dan terpadat di Kalimantan. Kota ini juga termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan kota terpadat di luar pulau jawa.
Banjarmasin yang dijuluki kota seribu sungai ini memiliki wilayah seluas 72  yang wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai di antaranya pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau rantauan keliling, Pulau Insan, dll.
Kota Banjarmasin terletak pada  sampai  Lintang Selatan dan  Bujur Timur. Ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m dibawah permukaan laut dan hamper seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin brlokasi daerah daerah kuala Suangai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito.
Kota Banjarmasin terletak di tepian timur sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura yang berhulu di pegunungan Meratus.
Banjarmasin Utara atau Banjar Utara (nama resmi menurut undang-undang) adalah salah satu kecamatan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Batas-batas wilayah kecamatan Banjarmasin Utara adalah sbagai berikut:
·         sebelah utara  berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala (Sungai Alalak dan seberangnya Kecamatan Alalak)
·         sebelah selatan berbatasan dengan Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Tengah
·         sebelah barat berbatasan dengan Sungai Barito
·         sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar
B.     Deskripsi Wilayah daerah Penelitian
1.      Kondisi Fisik Wilayah
a.       Keadaan Geografis
Bentuk permukaan tanah Komplek Darma Bakti Lestari 1 adalah dataran rendah yang berada 0,16 meter di bawah permukaan laut dengan curah hujan rata -rata 2000 – 3000 mm /tahun, keadaan suhu sekitar 25 –34 derajat celsius.
Adapun jarak tempuh Kelurahan Sungai Andai khususnya komplek Darma Bakti Lestari 01, dengan ditempuh menggunakan kendaraan bermotor :
·         Ibukota Kecamatan Banjarmasin Utara, sekitar: 4 km,  dengan waktu tempuh  17 menit
·         Ibukota Kota Banjarmasin, sekitar: 4  km,  dengan waktu tempuh  17 menit
·         Ibukota Provinsi, sekitar: 3  km,  dengan waktu tempuh  12 menit
b.      Batas Wilayah
Kelurahan Sungai Andai merupakan 1 dari 10 Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara. Komplek Darma Bakti Lestari 1 termasuk 1 dari beberapa komplek yang ada di kelurahan Sungai Andai. Komplek Darma Bakti Lestari 1 berdekatan dengan Komplek Purnama Permai dan Komplek Kesehatan. Batas komplek Darma Bakti Lestari 1 dengan komplek Kesehatan bisa dilihat dari jembatan.
c.       Jenis Penggunaan Lahan
Komplek Darma Bakti Lestari 1 dilihat dari aspek lembaga kemasyarakatan terdiri dari 1 RT dan 1 RW dengan menurut penggunaannya sebagian besar merupakan wilayah Perumahan.
2.      Kondisi Non Fisik
a.       Jumlah dan Komposisi Penduduk
Komplek Darma Bakti Lestari 1 termasuk kedalam wilayah RT 01 dengan jumlah penduduk 470 jiwa dengan laki-laki berjumlah 241 dan perempuan berjumlah 229.
b.      Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 yaitu jalan utama yaitu aspal dan jalan kedalam atau jalan tikus yaitu urukan batu. Tempat ibadah terdapat Masjid Ar-Rahmah dan  sarana pendidikan seperti PAUD Terpadu Al-Azhar Banjarmasin Utara. Drainase yang terdapat yaitu drainase terbuka.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Tabel Kualitas Lingkungan Rumah di Lokasi Penelitian
Aspek Lingkungan
Indikator
Deskripsi
Ruang Bertinggal
Luas Rumah
Ruang Hijau
Ketersediaan Halaman Rumah
Pada komplek Dharma Bhakti Lestari 1 hampir setiap rumah atau ruang tinggal penduduk memiliki halaman rumah,. Halaman rumah tersebut sebagian digunakan untuk tanaman seperti tanaman mangga, pepaya, dan tanaman hijau lainnya. 
Ketersediaan Tanaman
Ketersediaan tanaman pada komplek Dharma Bakti Lestari 1 terdapat di halaman rumah warganya dan ada juga disamping jalan.

Kualitas Fisik Rumah
Tipe Rumah ( Permanen, Semi Permanen, Tidak Permanen
Tipe semi permanen merupakan tipe rumah yang paling dominan pada komplek ini, namun masih ada beberapa rumah dengan tipe nonpermanen.

Kondisi Bangunan (Asli, Renovasi)
Keaslian suatu bangunan pada komplek ini dapat dilihat dari bahan bangunannya, apabila bahannya dari kayu atau papan maka bangunan tersebut asli atau tidak pernah direnovasi. Sedangkan untuk yang sudah direnovasi dapat dilihat dari bahannya yang terbuat dari semen. Kondisi bangunan yang paling dominan pada komplek Darma Bakti Lestari 1 yaitu bangunan yang direnovasi.

Kondisi Jalan Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal
Rusak
Kondisi Jalan utama komplek ini cukup baik dan tidak berlubang-lubang, sedangkan untuk jalan persimpangan atau jalan tikus masih batu kerikil. Batas jalan komplek atau batas komplek Dharma bakti Lestari 1 ditandai dengan jembatan.
Sedang
Baik
Jarak Antar Rumah
< 3 Meter
Jarak antar rumah pada komplek Dharma lestari 1 yaitu sekitar 3 meter atau < 3 meter.

4-6 Meter


Pola Persebaran Permukiman
Menyebar
Pola persebaran permukiman pada Komplek Dharma Lestari 1  yaitu memanjang, dimana rumah warga memanjang mengikuti rute jalan.

Mengelompok
Memanjang
Jenis Jalan
Aspal
Jenis jalannya merupakan jalan aspal dan sebagian ada jalan yang hanya diuruk batu ketika memasuki setiap jalan ke perumahannya. 
Tanah
Konblok
Saluran Drainase
Saluran Tertutup
Saluran yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 RT.01 RW.01 merupakan saluran yang terbuka. 
Saluran Terbuka
Listrik
Ada

Tidak Ada
Di komplek Darma Bakti Lestari 1 terdapat adanya listrik akan tetapi sebagian warga di komplek ada yang menggunakan listrik pulsa dan ada yang langsung menggunakan listrik PLN.

Air
PDAM
Semua warga yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 menggunakan PDAM dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Sungai
Penggolongan Hunian
Hunian Tidak Bertingkat (Rumah Tunggal), (Rumah Kopel), Rumah Deret)
Penggolongan hunian perumahan di komplek Darma Bakti Lestari 1 merupakan rumah tunggal dengan jumlah 32 rumah.

Hunian Bertingkat (Rumah Susun)
Jenis Sarana
Tempat Ibadah
Sarana yang tersedia di Komplek Darma Bakti Lestari 1 diantaranya, adanya sarana Ibadah seperti mesjid yang biasanya setiap sore digunakan untuk tempat para anak-anak mengaji. Untuk sarana kesehatan dan taman bermain belum ada. 
Pendidikan
Kesehatan
Toko/Warung
Taman/Tempat Bermain
Lebar Jalan

 Lebar jalan yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 adalah 3 meter.


B.     Analisis Tabel
1.      Ruang Tinggal

Rumah Tinggal adalah produk arsitektur yang paling dasar dan lengkap. Rumah tinggal mewakili pelaku aktifitas di dalamnya, yaitu manusia yang mewakili dirinya sendiri dalam beraktifitas(Setiyoko, 2007). Jumlah ruang tinggal/rumah yang terdapat pada komplek Dharma Bakti Lestari 1 sekitar 32 rumah dan 35 KK. Ruang tinggal penduduk Komplek Dharma Bhakti Lestari 1 berkaitan dengan luasnya yaitu tipe 32 dan 45, namun dari seluruh rumah yang terdapat pada komplek tersebut dominan menggunakan tipe ukuran 36.

Gambar 1. Rumah tipe 45

Gambar 2. Rumah tipe 36
1.      Ruang Hijau

Secara definitif, ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian (Putri dkk, 2010). Ruang hijau dalam pembahasan ini yaitu ketersediaan halaman rumah dan ketersediaan tanamannya. Pada komplek Dharma Bhakti Lestari 1 hampir setiap rumah atau ruang tinggal penduduk memiliki halaman rumah,. Halaman rumah tersebut sebagian digunakan untuk tanaman seperti tanaman mangga, pepaya, dan tanaman hijau lainnya. Ketersediaan tanaman pada komplek Dharma Bakti Lestari 1 terdapat di halaman rumah warganya dan ada juga disamping jalan.
Gambar 3. Ketersediaan Ruang Hijau
1.      Kualitas Fisik Rumah
1.      Tipe rumah
Tipe rumah adalah. Tipe rumah pada komplek Dharma Bakti Lestari 1 yaitu semi permanen dan non permanen. Tipe semi permanen merupakan tipe rumah yang paling dominan pada komplek ini, namun masih ada beberapa rumah dengan tipe nonpermanen.
 1.      Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan berkaitan dengan keaslian bangunan atau sudah direnovasi suatu bangunan. Keaslian suatu bangunan pada komplek ini dapat dilihat dari bahan bangunannya, apabila bahannya dari kayu atau papan maka bangunan tersebut asli atau tidak pernah direnovasi. Sedangkan untuk yang sudah direnovasi dapat dilihat dari bahannya yang terbuat dari semen. Kondisi bangunan yang paling dominan pada komplek Darma Bakti Lestari 1 yaitu bangunan yang direnovasi.


Gambar 5. Bangunan asli dan Renovasi
1.      Kondisi Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah No 34 Tentang Jalan Tahun 2006). Kondisi jalan sekitar lingkungan tempat tinggal dapat dikategorikan sedang atau cukup baik. Kondisi Jalan utama komplek ini cukup baik dan tidak berlubang-lubang, sedangkan untuk jalan persimpangan atau jalan tikus masih batu kerikil. Batas jalan komplek atau batas komplek Dharma bakti Lestari 1 ditandai dengan jembatan.

Gambar 6. Kondisi Jalan

2.      Jarak Antar Rumah
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal seperti keselamatan terhadap bahaya kebakaran, kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan, dan keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007). Jarak antar rumah pada komplek Dharma lestari 1 yaitu sekitar 3 meter atau < 3 meter.

Gambar 7. Jarak Rumah
3.      Pola Persebaran
Pola pemusatan permukiman khususnya dikecamatan cenderung konsentrik pada ibukota kecamatan dan terhadap pusat-pusat pelayanan jasa serta perdagangan hal ini dipengaruhi faktor pencapaian terhadap lokasi aktivitas kerja. Permukiman di wilayah dengan tingkat kepadatan yang sedang dan kurang cenderung linier terhadap akses jalan dan pusat-pusat pelayanan skala kelurahan menjadi radius penyebaran permukimannya (Kadir, 2010). Pola persebaran permukiman ada 3 yaitu diantaranya menyebar, mengelompok, dan memanjang. Pola persebaran permukiman pada Komplek Dharma Lestari 1  yaitu memanjang, dimana rumah warga memanjang mengikuti rute jalan.

Gambar 8. Pola persebaran rumah

4.      Jenis Jalan

Jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan orang Sifat fisik jalan seperti lebar, jumlah dan tipe persimpangan, alinyemen dan kondisi permukaan (Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan). Kondisi jalan yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 RT. 01 RW. 01 dapat dilihat pada gambar bahwa kondisi jalan yang ada terlihat cukup bagus tidak terlihat rusak. Jenis jalannya merupakan jalan aspal dan sebagian ada jalan yang hanya diuruk batu ketika memasuki setiap jalan ke perumahannya.



Gambar 9. Jalan Aspal                                    Gambar 10. Jalan Urukan Batu

5.      Saluran Drainase
Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.Drainase secara



umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas (Farizi, 2015).Saluran yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 RT.01 RW.01 merupakan saluran yang terbuka. Dapat dilihat pada gambar.

Gambar 11. Saluran Terbuka di Komplek Darma Bakti Lestari 1
6.      Listrik

Arti penting kelistrikan menjadi sangat vital bagi negara di era modern. Ketidaktersediaan akan energi listrik merupakan salah satu indikator daerah tertinggal atau kemiskinan. Kegunaan dan intensitas penggunaan tenaga listrik bertambah luas, baik sebagai prasarana produksi maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi rumah tangga keluarga (Kristianto, 2015). Di komplek Darma Bakti Lestari 1 terdapat adanya listrik akan tetapi sebagian warga di komplek ada yang menggunakan listrik pulsa dan ada yang langsung menggunakan listrik PLN.

Gambar 12. Tiang Listrik
7.      Air
Air bersih merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan rumah tangga. Air bersih digunakan dalam segala aktivitas rumah tangga mulai dari pemenuhan hidup yakni untuk makan dan minum, pemenuhan kesehatan yakni untuk mandi, mencuci dan lain sebagainya, serta pemenuhan kebutuhan non primer seperi menyiram taman, mencuci motor/mobil dan lain sebagainya. Semua warga yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 menggunakan PDAM dalam kegiatan mereka sehari-hari.
8.      Penggolongan Hunian
Acuan penggolongan sarana hunian ini berdasarkan beberapa ketentuan / peraturan yang telah berlaku, berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan atas:
·         Hunian Tidak Bertingkat
Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret. Bangunan rumah dapat bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang sama.
·         Hunian Bertingkat
Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana sewa), golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan maupun golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah apartemen). Bangunan rumah bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang berbeda dan terdapat ruang serta fasilitas bersama.
Penggolongan hunian perumahan di komplek Darma Bakti Lestari 1 merupakan rumah tunggal dengan jumlah 32 rumah.

9.      Jenis Sarana
Jenis sarana pemerintahan dan pelayanan umum (Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan).:
·         kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan;
·         kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos; serta
·          pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan dan pos pemadam kebakaran.


Sarana yang tersedia di Komplek Darma Bakti Lestari 1 diantaranya, adanya sarana Ibadah seperti mesjid yang biasanya setiap sore digunakan untuk tempat para anak-anak mengaji. Dulu tempat ibadah ini masih berupa Langgar tapi pada tahun 2009 di renovasi dan menjadi sebuah Mesjid. Sarana pendidikan yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 yaitu PAUD terpadu Al-Azhar dan terdapat 1 warung di dalam komplek Darma Bakti Lestari 1. Untuk sarana kesehatan dan taman bermain belum ada. Untuk Jenis Sarana dapat dilihat pada gambar.




Gambar 13. Mesjid Ar-Rahmah          Gambar 14. PAUD terpadu Al-Azhar


Gambar 15. Warung
10.  Lebar Jalan
jalur selebar ± 4 m yang ada dalam satuan permukiman atau lingkungan perumahan (Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan). Lebar jalan yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 adalah 3 meter.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Komplek Darma Bakti Lestari 1 merupakan salah satu komplek perumahan yang ada di kelurahan Sungai Andai. Komplek Darma Bakti Lestari 1 merupakan komplek yang cukup kecil dengan jumlah rumah hunian ada 32 rumah dengan masing-masing tipe rumah 36 dan 45. Bangunan asli di komplek Darma Bakti Lestari 1 adalah tipe 36 dan bangunan yang sudah di renovasi adalah tipe 45.
Komplek Darma Bakti Lestari 1 terdapat beberapa fasilitas umum seperti jalan, warung, tiang listrik, tempat ibadah, sarana pendidikan PAUD. Sebagian besar rumah yang ada di komplek Darma Bakti Lestari 1 sudah direnovasi oleh para penghuninya dengan alasan untuk kenyamanan tempat tinggal . Komplek Darma Bakti Lestari 1 dibatasi sebuah jembatan kecil yang menghubungkan dengan Komplek Kesehatan.


B.     Saran
Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan membaca dan mempelajari isi laporan ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang permukiman di Kalimantan Selatan khususnya Keluarahan Sungai Andai dapat bertambah. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran  yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Barbara P.B, Umilia Emi. 2014. Clustering Permukiman kumuh Di Kawasan Pusat Kota Surabaya. Jurnl Teknik Pomits Volume 3 No 2 2014 Issn:2337-3539. (online) http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177512&val=4186&title=Clustering%20Permukiman%20Kumuh%20di%20Kawasan%20Pusat%20Kota%20Surabaya. Jurusan perencanaan wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi 10 November.
Maharani L.A., Umilia Emi. 2013. Tipologi Permukiman Kumuh Di Pinggiran Selatan Kota Surabaya. Jurnal Teknik Pomits Volume 2 No 2 2013 Issn:2337-3539.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-37229-3610100049-paper.pdf. Jurusan perencanaan wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi 10 November.
Advianty Sekar A, Handayani K.D.M.E. 2013. Tingkat partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso. Jurnal Teknit Pomits Volume 2 No 2 2013 Issn:2337-3539. (online) https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwjK_vLA7tHPAhXFLo8KHZyJCHIQFggqMAE&url=http%3A%2F%2Fejurnal.its.ac.id%2Findex.php%2Fteknik%2Farticle%2Fdownload%2F3924%2F1235&usg=AFQjCNGj4-qIGdLwRaxWLAEohLC0p4808A&cad=rja. Jurusan perencanaan wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi 10 November.
Widyastomo Deassy. 2011. Perubahan pola permukiman Tradisional Suku Sentani di Pesisir Danau Sentani. Jurnal Permukiman Volume 6 No 2 Agustus 2011 Issn: 1907-4352 .(online) http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20131119125451.pdf. Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih.
Suganda Emirhadi, Dkk. 2009. Menelaah ruang bertinggal manusia pada permukiman di sekitar pasar: permasalahan perancangan kota pada skala makro dan mikro. Makara, Sosial Humaniora, Volume. 13 No. 1 Juli 2009.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PPD ( perkembangan peserta didik )

GEOLINGSUM ( GEOGRAFI LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA )

Pengaruh Iklim terhadap Sektor Pertanian